Posted by : Milla Anifatul Rosada
Selasa, 15 Desember 2015
Pada
era modern ini, banyak dikembangkan energi baru dan terbarukan untuk mengurangi
kecenderungan energi fosil yang semakin habis. Suara mungkin juga dapat
digunakan sebagai alternatif baru untuk menghasilkan energi tertentu. Seperti
halnya yang kita ketahui bahwa suara memiliki frekuensi dan utamanya merupakan
suatu gelombang, dimana setiap gelombang suara yang ada merupakan sumber
energi.
Desa
Kiping merupakan desa yang terkenal dengan pekerjaan sentra industri pande besi.
Mayoritas pemukiman di desa Kiping, rumah dijadikan sebagai home industri untuk
pande besi. Pada pekerjaan pande besi banyak aktifitas yang dilakukan oleh
pekerjanya. Mulai dari kegiatan pembakaran besi, pemukulan besi, penghalusan
besi dengan scraf (mesin perlas), pengeburan dan pengelasan. Aktifitas tersebut
menyebabkan kebisingan suara yang begitu hebat saat awal hingga selesainya
proses pekerjaan pande besi. Karena banyaknya home industri pande besi
mengakibatkan suara kebisingan semakin keras antara satu dengan yang lainnya.
Kebisingan
suara yang dihasilkan di desa Kiping tidak bisa dihindarkan walaupun sudah
banyak terdapat warga yang mengalami penurunan fungsi pada pendengarannya.
Namun dengan adanya kebisingan suara di desa ini membuat penulis mempunyai ide
untuk mengembangkan adanya pengkonversian energi suara ini menjadi energi
listrik. Apabila kebisingan suara sentra pande besi bisa diaplikasikan di
setiap rumah, maka memiliki kemungkinan desa Kiping akan lebih mandiri atau
mampu mengurangi penggunaan listrik dari PLN.
Sekarang
yang menjadi kendalanya adalah bagaimana cara mengubah energi suara menjadi
sumber energi listrik. Masih banyak sekali teori-teori tentang pembangkitan
listrik tenaga suara yang sulit untuk direalisasikan. Berikut ini salah satu
bagan bagaimana energi suara yang masih memiliki kemungkinan untuk bisa
dijadikan sebagai pembangkit listrik tenaga suara.
Berdasarkan
bagan diatas merupakan gambaran sederhana yang ideal untuk dilakukan. Pada saat
suara kebisingan dikeluarkan, maka diterima oleh mic. Mic merupakan salah satu
jenis sensor yang menerima inputan berupa suara dan mengubahnya menjadi arus
listrik. Satu mic dapar membangkitkan maksimal 100 mW. Jika yang diingingkan
menghasilkan misalnya sebesar 10 W, maka setidaknya membutuhkan 100 mic. Tentu
hal ini akan membuat lebih banyak biaya dan ketidakefisiensian. Dengan hal itu
maka dapat di desain array sensor, dimana hanya terdapat satu mic yang mampu
sebanding dengan banyaknya mic yang dibutuhkan.
Setelah
dari mic, output yang dihasilkan berupa arus yang sangat kecil. Berdasarkan hal
tersebut maka dibutuhkan driver atau rangkaian tambahan sehingga mampu
mengondisikan sinyal yang ada. Misalnya mengubah energi arus tersebut menjadi
tegangan serta mengatur driver dengan menambahkan amplifier yang bersifat pasif
sehingga tidak memerlukan catu daya yang justru menggunakan energi listrik itu
sendiri. Ketika proses pengodisian sinyal selesai maka akan disimpan daya
tersebut kedalam alat penyimpanan listrik yang sesuai.